Dia dan Hujan


  

    Saat ini langit masih saja kusam. Awan masih saja menangis. Matahari juga enggan menampakkan paras dan senyumannya. Semakin kukencangkan jaket yang menutupi kemeja putihku. Jilbab yang kukenakan juga sudah mulai lembab karena percikan air hujan. Aku masih berdiri disini menunggu langit kembali tersenyum. Sama sepertinya, dia juga masih berdiri disana.

     Walau detik terus saja berlalu, hujan tak kunjung berhenti. Bahkan dengan pasukan yang lebih besar. Gadis itu hanya menatap kosong. Dia mulai mundur beberapa langkah. Nampaknya dia mulai kedinginan, dia mulai menghentakkan gigi satu dengan lainnya. Gaun selututnya juga sudah kotor karena kendaraan yang lewat. Aku mulai meringis. Hujau ini telah merenggut hangatku. Begitu juga dengan hangatnya.


     "Dia dimana?". Aku menatap sekitar dengan mata setengah terbuka. Tak kusadari aku tertidur. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru jalan. Gadis itu tak lagi berada ditempatnya. Dia berlari dan menari. Dia juga bermain di genangan air, melompatinya sehingga menciptakan percikan kecil. Dia sudah melepas payung yang sedari tadi berada digenggamannya. Sampai akhirnya ia membuka suara. "Wahai langit, mengapa kau masih saja menangis? masih bersedih ya? Kalau begitu ayo kita bermain! Aku akan menghiburmu,". Bercak lumpur digaunnya mulai memudar.




~ Dia dan Hujan ~

Duh duh.. Kamila akhirnya kembali. Sungguh kamila sudah sangat rindu, ingin kembali menulis. Ingin kembali bercerita. Ingin kembali mencipta warna.
UjianNasional telah usai, sekarang kamila dan kalian akan kembali menebar cerita. Insyaallah blog yang telah lama tak disentuh ini akan kembali aktif.
So..Let's check it out. Arigatou :))

With lots of love

Komentar

Postingan Populer