Secercah Memori yg Tersimpan

     Aku hanyalah seorang gadis kecil yang memasuki dunia pelajar sejak umur 4 tahun. Lebih cepat memang. Dan sedihnya aku tak memiliki teman yang lebih sering disebut sebagai teman sepermainan. Aku tak mengenal itu semua. Untuk dalam hal bergaul aku sudah cukup memiliki adikku. Pada umur 4 tahun ini aku sudah memiliki seorang adik yang mungkin umurnya kisaran 1 tahun. Aku tak sepenuhnya ingat sekarang. Aku tak pernah mengatakan masa kecil ku menyedihkan. Menyedihkan sebenarnya. Tapi dalam hal bermain aku cukup puas. Aku memiliki seorang ridha untuk menjadi teman sepermainanku. Ya, Ridha adalah gadis kecil yang notabene nya adikku. Aku punya seorang ridha untuk dijahili. Aku punya seorang ridha untuk bermain hal hal konyol. Aku memang sudah memasuki dunia pelajar. TK saat itu. Mengapa tak punya teman?. Tak perlu ditanyakan. Aku bukanlah orang yang ahli dalam berteman. Aku terlalu pemalu. Aku terlalu pendiam. Disekolah kecilku itu, aku hanya menjalani hari hari seorang diri. Ketika anak anak lain bermain bersama temannya, aku hanya bermain sendirian. Ketika anak anak lain makan bersama teman temannya, aku hanya makan sendirian. Aku memiliki 1 atau 2 orang teman. Tapi perihalnya, seingatku mereka adalah murid yang jarang masuk sekolah. Itupun aku tak terlalu akrab dengan mereka. Hanya bermain beberapa kali mungkin. Ingat? aku tak pandai bergaul. Sudahkah aku bilang bahwa aku tinggal disebuah desa yang cukup jauh dari perkotaan. Solok Selatan, aku tinggal disana. Membutuhkan perjalanan 2 jam untuk menuju kota. Pekerjaan ayahku menuntutku tinggal di desa itu. Ayahku adalah seorang karyawan di sebuat PT  perkebunan sawit. Tak anehkan jika aku tinggal di desa?.
    Pagi itu aku melangkahkan kaki menuju sekolah. 07.00 aku sampai disekolah. Bahkan saking cepatnya, gerbang TK belum dibuka. Aku hanya ingin memberitahu kalian bahwa ini adalah hal yang jarang terjadi. LIMITED. Setiap harinya aku datang terlambat. Aku datang jam 8 lewat. Itu setiap hari. Dan pada hari itu aku datang jam 7. Tak ada hujan tak ada badai. Dan hal yang menyedihkan, aku ditinggal ayah didepan gerbang seorang diri. Tak sendiri mungkin. Masih ada ibu penjaga warung yang baru akan menjajakan dagangannya. Beberapa menit setelah itu kepala sekolah datang membuka gerbang. Jangan tanyakan masalah gerbang,kepala sekolah ataupun dimana penjaga sekolah. Ingat? aku tinggal di desa. Bahkan untuk membeli es krim pun aku membutuhkan 2 jam perjalanan. Hufft...
     Di lain hari. Desaku mengadakan sebuah pawai. Guru guru menanyakan cita cita kami. Untuk apa? untuk memberikan baju sewaan sesuai cita cita. Hal yang sama ditanyakan oleh guruku. " Cita-cita Kamila apa?" ucapnya. Aku berpikir sejenak dan kemudian menjawab "Cita - cita Kamila jadi putri bu". Sudah, aku tak ingin mendengar tanggapan kalian. Aku hanyalah gadis polos yang memiliki cita - cita menjadi putri. Tapi, sambil tersenyum guruku menjawab " Oh gitu ya. ". Beberapa hari setelahnya, kami mendapat baju sewaan. Bisa tidak kalian bayangkan apa yang kudapatkan?. Aku mendapat baju layaknya seorang putri. Aku mendapat baju putih mewah dengan sarung tangan, kaos kaki panjang dan juga untaian bunga dikepala. Baju gaunku itu sedikit panjang dibagian belakang. Bisa dikatakan seperti baju pengantin wanita. 
    Masih dengan keadaan yang sama. Aku hanya bermain sendirian. Tak ada yang mengajakku. Hingga pada saat itu, datanglah seorang gadis kecil. Teman ku di TK. TK Pertiwi, aku belum mngatakannya kan. Kalian tahu, bahkan sekarang aku tak mengingat satu pun nama teman TK ku. Yang pernah bermain denganku ataupun yang tidak pernah. Wajahnya apalagi. Tak terbayang satupun sosok dari mereka. Kembali ke topik awal, gadis itu mengajakku mewarnai. Ya. tentu aku mau. Kami mengeluarkan buku mewarnai kami yang diberikan pihak sekolah. Aku tak mengingat nama temanku. Tapi, hal sekecil ini aku masih ingat. Entahlah, aku tak mengerti. Gadis itu memiliki buku mewarnai bergambar bunga. Kalian tahu seberapa irinya aku dengannya. Aku iri karena buku mewarnaiku bergambar hewan. Hal sesepele itu masih kuingat sampai sekarang. Memalukan. Aku sering mewakili sekolah untuk lomba mewarnai. 2 kali aku mengikuti lomba itu. Tapi tak sekalipun menang. Bukan karena pewarnaan ku tidak bagus. Tapi karena aku mewarnai terlalu lambat. Waktu sudah habis dan gambarku belum selesai. Aku sempat mendengar juri berbicara dengan bunda. Mereka mengatakan aku bisa saja menang. Juara 1 malah. Tapi apalah dayaku yang lambat ini. Huhuhu T.T
     28 Februari 2005
Beberapa hari lagi usiaku memasuki 5 tahun. Beberapa keluargaku datang untuk merayakan ulang tahunku. Mama membawakanku baju gaun dan juga mahkota kecil. Aku merayakan ulang tahunku disekolah. Aku tak tahu menahu soal itu.
     Jumat, 2 Maret 2005
Detik demi detik terus berganti. Aku melangkah kan kaki menuju ruangan kecil yang tak asing. Tempat dimana aku melihat teman teman sedang membaca do'a ketika aku datang. Kebiasaan terlamabat ku itu. Saat aku menapakkan kaki dikelas. Aku melihat semua orang telah datang. Aku melihat guru guruku. Aku melihat kelas yang telah dihias. Aku rasa ini bukanlah bagian yang merupakan kejutan. Aku saja yang terlalu acuh dengan keadaan. Masih sibuk bermain dengan teman sepermainanku. Ridha, korban keusilan seorang Kamila. Senang bukan main. Pada hari itu aku bersalam salaman dengan semua teman temanku. Aku melihat senyuman yang merekah dari bibir mereka. Tak kusangka teman temanku seramah ini. Pesta berjalan layaknya pesta seorang anak TK.
     Sabtu, 3 Maret 2005
Kami menggunakan baju olahraga. Saat ini aku sedang bersama beberapa gadis kecil lainnya. Jarang bukan. Mungkin karena ulang tahun ku kemarin. Hal yang tak pantas terjadi dihari itu. Aku belum bilang kan kalau aku ini berjilbab. Teman teman ku ingin melihat rambutku. Tanpa beban aku membuka jilbabku. Jangan salahkan aku, aku tak mengerti apa apa. Ibu guru dengan sigapnya menyuruhku untuk kembali mengenakan jilbabku. Ya memang memalukan. karena hanya ingin berteman aku rela membuka kain bernilai dan menampakkan mahkotaku. Bodohnya diriku. Hanya karena ingin berteman.
Dihari hari selanjutnya aku tetap sendiri. Aku memang tak bisa menyalahkan mereka. memang diriku yang terlalu tertutup dalam bergaul. Ridha juga sudah cukup untuk menggantikan belasan orang lainnya.
     Hanya sepintas kejadian yang tersimpan digudang memoriku. Masa masa ku di TK. Aku melanjutkan Sekolah Dasar di Medan. Kembali ke daerah asalku. Sama saja, di SD ini aku tetap pendiam. Tapi setidaknya aku masih memiliki beberapa orang teman. Tak akrab memang. Di Medan aku memiliki lebih banyak keluarga yang dijadikan teman bermain. Ada tanteku yang memiliki umur hanya 1 tahun diatas ku. Tanteku yang satu lagi memiliki umur 2 tahun dibawahku. tanteku yang satunya lagi 5 tahun dibawahku. Udah jadi tante aja mereka . Adikku yang kedua juga baru saja lahir. Dan sepupu laki laki ku yang emiliki usia 2 bulan di bawah ridha.
     Memasuki semester kedua aku pindah ke bengkulu. Disinilah aku sekarang. 8 tahun lebih telah kujalani di kota kecil ini. Di kota yang terus sembunyi di balik batu. Itu kenyataannya. Sampai sekarang bengkulu masih belum bisa aku kategorikan maju. Bukan berarti seperti desa. Hanya saja jauh berbeda dengan kota di jambi ataupun riau yang majunya sangat pesat. Diriku tetaplah diriku. Tak pandai bergaul. Masalah yang sama terulang. Mungkin kalau ada yang namanya pem-Bully an saat itu , aku mungkin bisa dikategorikan orang yang menjadi korban bully. Memang kesalahanku karena terlalu lemah, aku terlalu banyak merelakan uangku hanya demi mendapat teman. Sudah tak usah dibahas lebih lanjut. Aku hanya ingin menceritakannya sepintas. Menginjak bangku kelas dua aku sudah punya teman dekat. Jeng jeng... I'm in change process now. lalala ye ye ye lalala ye ye ye..Temanku hanya 2 orang. Setidaknya ada kemajuan. Masuk ke kelas 3 aku memiliki banyak teman. Bahkan aku membuat geng. Tidak, bukan aku yang membuatnya. Aku hanya ikut berpastisipasi. Aku lupa apa nama gengku itu. Jangan salah, aku bukanlah kamila yang pendiam dan pemalu lagi. Tak ada yang tak berteman denganku. Bahkan ketika ada orang yang menghinaku, aku memiliki teman yang membela. Aku memiliki banyak teman akrab. Kelas 6. menjadi kakak kelas. teman teman dekatku dikelas 5 banyak memasuki kelas 6b. Sedangkan aku berada dikelas 6a. No matter. Teman dekatku pun beralih. Bahkan sebagian besar dari mereka adalah anak kelas 5a. Aku bukan lagi kamila yang tak sedikitpun bisa bergaul.
     Aku sudah bosan berceritanya kelanjutannya. Secara singkat saat memasuki SMP aku kembali ke diriku yang dulu. Pendiam dan pemalu. SMPIT IQRA'. aku tak memiliki satu orangpun yang kukenal disini. Semua orang banyak yang sudah mengenal satu sama lain. Kembali menjadi kamila yang pendiam. Pada awalnya memang seperti itu, tapi aku tetap memiliki teman dekat . teman yang sudah biasa melihat kamila yang tak pendiam. Naik satu tingkat. Kelas 8. 2 teman dekatku di kelas 7, kami berbeda kelas.  Kalian tahu apa yang terjadi? ya sudah tak perlu kukatakan lagikan. Setidaknya kebiasaan diam dan pemalu ini hanya bertahan 1 bulan. Lama juga sih. Tak jarang teman teman ku tak menyangka kamila yang pendiam bisa secerewet ini. Salah kamila? . Semester 5, kelas 9. diriku tak memulai awal masuk sekolah dengan pendiam. Aku sudah bergaul dengan banyak orang. Tak ada yang mengenal Kamila yang pendiam. Tak ada satupun. Kerap kali teman teman seekosistem ku mengatakan aku suka mem-bully. Zahara lebih tepatnya. Sudahlah, jangan tanyakan siapa dia. dia sangat dekat denganku. Saking dekatnya. Tapi tak sekali pun aku berniat mem-bully. Aku hanya meluruskan apa yang perlu kuluruskan. Aku memang kurang banyak memperbaiki diri. Inilah aku masih mencoba dan terus mencoba.
    Hanya menghitung bulan aku akan memasuki dunia putih abu abu. Sedikit ada kerisauan yang mendatangiku. Takut akan hal yang tak semestinya terjadi malah terjadi. Kesulitan bergaul. Hanya takut. But i realize i have changed.

Kisah singkat yang tersimpan di galeri ingatan . Aku hanya ingin membaginya.
I REALIZE I AM GETTING OLDER.

-KamilaHarisahQalbi

Komentar

Postingan Populer